SOLOR, KOMPAS.com- Sejumlah obyek wisata di Pulau Solor, Flores, Nusa Tenggara Timur, terabaikan. Tidak ada upaya pemugaran, perawatan, penataan, dan promosi terhadap obyek-obyek wisata itu oleh pemerintah setempat.
Beberapa obyek wisata yang dapat disebut antara lain, benteng peninggalan portugis di Lohayong, perahu berbentuk batu "tena wato" dengan legenda meminta hujan dari pulau Timor, keindahan pantai pasir putih. Begitupun dengan wisata budaya seperti pesta adat "berauk" yang merupakan upacara syukur atas hasil panen yang dirayakan setiap tahun di Desa Kalike Aimatan dan Desa Karawatung.
Tokoh masyarakat Desa Karawatung, Solor, Pastor Silvester Siku Tukan, di Karawatung, Sabtu (16/6/2012), mengatakan, banyak upacara ritual adat yang dilakukan masyarakat di setiap desa dan kampung tetapi tidak pernah didata dan dipublikasikan Pemkab.
"Malam ini, misalnya, semua putra putri dari 15 suku di Desa Karawatung dan Desa Kalike Aimatan menyelenggarakan upacara syukur atas hasil panen yang disebut berauk. Akan tetapi tidak ada satu wakil dari Pemkab yang hadir menyaksikan acara ini dan mempublikasikan," katanya.
Pemerintah mempromosikan pariwisata tetapi mengabaikan sejumlah obyek wisata di daerah itu. Promosi besar tetapi tidak memperhatikan kondisi lapangan.
"Kami mengharapkan agar pemerintah lebih serius dalam perkataan dan tindakan nyata. Tidak hanya omong atau buat program, tetapi tidak direalisasi," kata Tukan.
Pastor Paroki Baniona di Adonara ini mengatakan, kawasan Flores Timur seperti Pulau Solor, Adonara, dan Lembatan sangat cocok untuk wisata bahari. Wisata bahari ini dapat dipadukan dengan sejumlah obyek wisata lainnya seperi wisata budaya.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar