Hama ganjur sering dikenal dengan mana daerah al: hama pentil, mentil, hama bawang, hama mendong, dengan nama latin Orseolia oryzae (Wood-Mason). Ganjur umumnya bukan merupakan hama utama padi di Indonesia. Hama ini hanya sedikit merugikan, sangat bersifat lokal, dan hanya terjadi pada musim-musim tertentu. Namun demikian, serangan ganjur dapat terjadi sejak pertanaman masih di pembibitan sampai tanaman mencapai fase primordia.
Gejala khas ganjur adalah tunas padi yang tumbuh menjadi bentuk pentil atau daun bawang, dengan panjang bervariasi, 15-20 cm. Anakan yang terserang ganjur tidak mampu menghasilkan malai. Serangga dewasa ganjur menyerupai nyamuk kecil, tidak kuat terbang sehingga penyebaran sangat terbatas. Serangga ini aktif pada malam hari dan sangat tertarik cahaya.
Bioekologi:
Telur:
Berbentuk lonjong, berwarna putih bening sampai orange, panjang 0,5 mm dan lebar 0,2 mm.
Ngengat betina mampu bertelur 100 - 200 butir, telur diletakkan terpencar/dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 butir. Sekitar 60-70% telur terletak pada pelepah daun dan sisanya pada helaian daun.
Larva:
Berwarna orange, panjang sekitar 1,3 mm, larva merayap menuju titik tumbuh melalui celah diantara jaringan titik tumbuh dan larva masuk dengan membentuk rongga, biasanya pada satu tunas dijumpai 1 larva.
Pupa:
Berwarna pucat dan pada saat menjelang imago akan berwarna merah jingga, pada pupa terdapat duri-duri, panjang pupa sekitar 2,5 mm, pra-pupa bergerak menuju ke arah ujung puru dengan menggunakan deretan duri pada tubuhnya.
Imago/ngengat:
Berwarna merah cerah/merah kusam, ukuran sebesar nyamuk, siklus hidup 26-35 hari, aktif pada malam hari dan tertarik cahaya lampu.
Ngengat hidup dengan menghisap embun yang terdapat pada permukaan daun.
Nisbah kelamin jantan/betina adalah 4:1, betina hanya kawin sekali. Serangga ganjur hanya menyerang tanaman pada fase vegetatif, akibat serangan daun menjadi puru (pentil) dan tidak menghasilkan malai. Serangga dewasa muncul pada awal musim hujan, sebelum berkembang biak pada tanaman padi serangga ganjur sudah melalui 1 atau 2 generasi pada rerumputan, satu musim dapat mencapai 3-4 generasi.
Gejala serangan: Larva serangga ganjur memakan tanaman padi pada titik tumbuh yang menyebabkan daun tumbuh berbentuk gulungan seperti daun bawang (puru/pentil). Pada titik tumbuh inilah larva makan dan berlindung sehingga titik tumbuh rusak. Timbulnya puru diduga disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh larva pada saat memakan titik tumbuh.
Puru mulai tampak 3-7 hari setelah larva mencapai titik tumbuh, puru yang telah berkembang sempurna berdiameter 1-2 mm dan panjang 10 - 30 mm. Perkembangan optimum terjadi pada kelembaban nisbi 80% suhu antara 25 - 30 derajat C, cuaca mendung dan hujan gerimis. Serangan berat terjadi pada musim hujan terutama untuk tanaman yang terlambat tanam, umumnya dijumpai didaerah sawah irigasi maupun tadah hujan.
Cara Pengendalian:
Pengaturan tanam lebih awal sehingga pada saat kelembaban tinggi tanaman sudah masuk fase generatif. Upaya penanaman dini perlu dilakukan secara serentak.
Jarak tanam renggang 25 x 30 cm dengan jumlah bibit 2 - 3 bibit.
Penyiangan perlu dilakukan untuk menekan perkembangan hama ganjur.
Tanam varietas tahan seperti Ciliwung dan Asahan.
Hama ganjur dewasa tertarik terhadap cahaya, oleh karena itu pasang lampu perangkap untuk menangkap ganjur dewasa.
Bila terjadi serangan berat gunakan insektisida granular yang berbahan aktif karbofuran karena bekerja secara sistemik. (USR)***
Sumber Pustaka:
Masalah lapang Hama, Penyakit, Hara, hal 16 - 17. Puslitbang TP/IRRI
Mengenal dan mengendalikan OPT Padi, hal. 24 - 25. Syngenta
.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar