VIVAnews - Berita kematian memberi kejutan dan kesedihan. Anda tidak perlu membuat kabar buruk ini hanya untuk mempermalukan teman. Tidak perlu juga menghancurkan hubungan hanya untuk lelucon dari tragedi. Bahkan, tidak perlu membuat akun palsu untuk membawa kabar Anda bunuh diri.
Marc alias holdkris99 melakukan semua kekacauan ini pekan lalu. Marc memalsukan kematiannya dengan kisah bunuh diri. Semua orang yang mengenalnya pun tertipu dan jatuh kasihan. Dia tidak mati di dunia nyata, tapi bunuh diri online.
Komunitas blog, Metafilter menjadi salah satu korban tipuan Marc. Mereka turut berduka atas "meninggalnya" pria yang telah membangun reputasi baik selama 6 tahun dalam forum itu.
Bunuh Diri Tanpa Sakit
Pada 16 Mei 2012, "istri" Marc mengontak moderator Metafilter untuk mengabarkan suaminya bunuh diri minggu lalu. Moderator forum itu membuatkan akun baru untuk sang "istri" memuat kisah sedih kematian Marc.
Tulisan sepanjang 4.000 kata memuat kisah kekerasan seksual, kecanduan narkoba, penjara, pernikahan, kematian, pembunuhan, depresi, hingga berbagai hal yang sering dilakukan Marc. Komunitas ini mengira itu nyata. Bahkan, setelah tahu tertipu pun masih menduga kisah itu bagian dari pengalaman hidup Marc.
"Kami mendapat bukti teman Marc bertemu dengannya pada suatu acara beberapa hari setelah dia melakukan bunuh diri. Ketika kami mengetahuinya, kami harus bertanya," tulis moderator Metafilter.
Kebohongan ini diungkap atas jasa Facebook. Situs jejaring sosial itu memuat foto Marc beberapa hari setelah dia "mati". Kecurigaan menyeruak.
Moderator forum ini pun mengonfirmasi "istri" Marc. "Perempuan" ini mengaku lelucon yang dibuatnya tidak etis. Tapi, pengakuan ini sudah terlambat.
Komentar yang mengalir dari berita duka ini serius.
"Saya turut berduka cita. Terima kasih telah berbagi kisah indah ini. Istri saya akan bertanya-tanya mengapa saya menangis," tulis salah satu komentator kisah palsu ini seperti dilansir dari Gizmodo.
Marc hanya salah satu dari pemalsu berita bunuh diri di internet. Masih kisah lain. Psikiater menyebut perilaku mereka dengan Münchausen by Internet (MBI). Seperti sindroma Münchausen yang bertingkah untuk menarik perhatian dokter.
Para pemalsu kematian online ini menjelaskan dengan begitu meyakinkan. Korban potensial mereka tidak terbatas dengan kekuatan internet. Kesuksesannya bisa diukur dari jumlah email yang simpati dan pesan-pesan online yang ditinggalkan.
Menurut Guardian.co.uk, para penderita MBI ini dapat bertindak lebih jauh untuk memalsukan kematiannya di internet. Mereka membuat obituari sendiri dan mengamati pesan duka yang disampaikan banyak orang.
Kendati jarang terjadi, mereka bisa membentuk kelompok pendukung untuk meraih korban yang percaya lebih banyak lagi. Orang-orang yang tertipu sulit melupakan kejadian ini. (eh)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar