Gejala serangan virus tungro berupa pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil dan jumlah anakan berkurang. Daun menguning sampai jingga dari mulai pucuk kearah pangkal.
Tanaman muda lebih rentan. Semakin muda umur tanaman terinfeksi, tanaman menjadi semakin kerdil dan produksinya semakin rendah. Apabila tanaman tua terinfeksi, tidak menimbulkan gejala dan penurunan hasil, tetapi dapat menjadi sumber infeksi.
Virus penyebab penyakit tungro ditularkan oleh beberapa jenis wereng daun hijau (sebagai vektor) dengan efisiensi penularan yang berbeda, Nephotettix virescens paling tinggi efisiensi penularannya. Nimfa dan serangga dewasa dapat menularkan virus. Telur tidak tertular virus, meskipun serangga betina dewasa membawa virus tungro.
Virus tidak dapat berkembang pada tubuh vektor. Vektor efektif menularkan virus paling lama 7 hari, setelah itu apabila tidak lagi menghisap pada tanaman sakit, vektor menjadi serangga bebas virus. Apabila serangga menghisap lagi tanaman terinfeksi virus tungro, maka akan menjadi vektor aktif lagi. Efektivitas penularan virus akan hilang setelah ganti kulit.
Sumber serangan adalah tanaman dan bibit terinfeksi, singgang, gulma terutama teki dan eceng, serta padi liar yang telah terinfeksi virus.
Luas dan intensitas serangan tungro dipengaruhi oleh populasi dan sebaran vektor, serta sumber serangan. Serangga vektor sangat aktif memencar.
Telur banyak terparasit oleh Gonatocerus sp. dan Paracentrobia sp., sedangkan nimfa terparasit oleh Pipunculus sp.
Kebiasaan perilaku pemencaran imago wereng daun hijau menyebabkan kepadatan populasi puncak pada suatu petakan sawah relatif rendah, karena waktu tinggalnya pendek, dan jumlah telur yang diletakkan sedikit. Puncak kepadatan populasi tertinggi lebih sering terjadi pada pertengahan fase pertumbuhan tanaman.
Meskipun kepadatan populasi vektor umumnya rendah, namun apabila ada sumber virus, meluasnya penyakit tungro dipercepat oleh kemampuan vektor melakukan pemencaran antar petakan sawah terutama pada sawah yang ditanam tidak serentak.
Cara Pengendalian
1). Waktu tanam tepat
Singgang merupakan sumber inokulum virus tungro. Agar terhindar dari infeksi virus yang berasal dari singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 (lima) hari setelah pengolahan tanah selesai dan tidak ada lagi singgang. Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat populasi wereng hijau mencapai puncak, tanaman padi sudah berumur > 60 hst dan lebih tahan tungro.
Waktu tanam yang tepat dapat ditentukan dengan memperhatikan fluktuasi populasi wereng daun hijau dan keberadaan tungro tahunan. Waktu tanam yang tepat adalah saat tanam yang dapat menghindarkan tanaman pada saat fase rentan (≤ 30 hst)
tidak bertepatan dengan tekanan tungro tinggi (populasi wereng hijau dan keberadaan gejala tungro tinggi).
2). Bibit sehat
Jangan memindahkan/menggunakan bibit dari daerah endemis tungro.
3). Tanam serentak
Untuk membatasi keberadaan umur tanaman yang rentan terhadap perkembangan dan penularan virus tungro dilakukan upaya tanam serentak pada hamparan seluas-luasnya/unit hamparan pengairan.
4). Pergiliran tanaman
Dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi/bukan inang virus tungro.
5). Penggunaan varietas tahan
Penggunaan varietas tahan sesuai dengan keadaan setempat. Varietas tahan virus tungro: Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo, serta varietas agak tahan virus tungro: yang baru dilepas tahun 2009: Inpari 8 dan Inpari 9.
6) Pergiliran varietas tahan
Penanaman varietas tahan yang sama secara terus menerus di areal yang luas akan memberikan tekanan seleksi yang tinggi bagi vektor dan virus. Hal ini akan memunculkan strain/koloni baru yang dapat mematahkan varietas tahan. Wereng hijau dikenal cepat beradaptasi terhadap varietas tahan, dengan demikian pergiliran varietas dapat mencegah atau menunda munculnya strain/koloni baru.
7). Sanitasi dan Eradikasi
Eradikasi dilakukan dengan cara pengolahan tanah dan pembenaman sumber tungro, untuk menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus menekan terjadinya penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkan tanaman terserang, turiang/singgang dan rumput yang menjadi inang.
8). Pengendalian vektor
Di daerah endemis tungro dilakukan aplikasi insektisida butiran 6 kg/500 m2 sehari sebelum sebar benih. Apabila diperlukan di pertanaman dilakukan aplikasi insektisida sehari sebelum tanam dengan dosis sesuai anjuran.
Aplikasi insektisida di persemaian dapat juga dilakukan apabila nilai indeks tekanan tungro > 75, dan pada pertanaman apabila saat berumur < 3 mst ditemukan 2 rumpun tanaman terserang tungro per 100 rumpun, disamping terus dilakukan sanitasi terhadap tanaman sakit.
.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar