KOMPAS.com - Wisatawan yang datang ke Taiwan, hampir pasti akan diajak mengunjungi obyek wisata yang satu ini. Namanya Taroko Gorge National Park. Sebenarnya ada banyak obyek wisata di Taiwan yang dulunya dikenal dengan nama Formosa itu. Namun, Taroko sudah pasti akan direkomendasikan biro perjalanan wisata kepada pelancong atau turis. Tak heran kalau rombongan media yang diundang maskapai penerbangan Garuda Indonesia pada Senin (26/3/2012) diajak pula untuk mengenal lebih dekat Taman Nasional Taroko. Mulai 24 Mei 2012, Garuda Indonesia akan melayani penerbangan langsung dari Jakarta ke Taipei, Taiwan.
Akhirnya rasa ngantuk mengalahkan keingintahuan untuk menginjakkan kaki di Taman Nasional Taroko. Padahal, malam sebelumnya, berbagai kegiatan berlangsung di Shangrila Leisure Farm yang berhawa dingin itu. Shangrila memang jeli mengemas paket wisata. Wisatawan diajak bergembira sepanjang malam. Permainan gasing disuguhkan, cara membuat onde-onde sampai menerbangkan lampion ke udara bertuliskan sederet harapan di masa depan menjadi atraksi menarik bagi wisatawan yang belum pernah merasakan hal tersebut.
Sampai-sampai Jessica, pemandu wisata rombongan Garuda Indonesia, malam itu sudah berpesan agar besok pagi jam 07.00 sudah siap untuk sarapan. Pasalnya jam 08.00 rombongan akan melanjutkan perjalanan mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya di Taiwan. Waduh... bagaimana mau bisa bangun pagi-pagi. Dinginnya udara di Yilan menyebabkan sebagian besar peserta lebih nyaman meringkuk di bawah selimut. Pagi yang cerah, sekaligus pagi yang bikin tubuh menggigil.
"Ayo berangkat, waktu kita sudah terlambat lho," kata Jessica yang terlihat cerah pagi itu. Luar biasa fisik gadis asal Medan ini. Malam tidur larut, paginya sudah terlihat segar dan siap memandu kami melihat keindahan tempat-tempat menarik di Pulau Formosa.
"Kita akan menuju Taroko," kata Jessica singkat.
Lantas bus pun meninggalkan homestay Shangrila melaju ke Taroko. Udara masih terasa dingin meski matahari pagi mulai bersinar. Taroko berada di wilayah Hualien atau di timur Pulau Taiwan. Menuju Taroko, pemandangan indah membentang di depan mata. Bus melaju stabil di jalanan mulus yang berada di bibir pantai dan kadang melimpir mengelilingi bukit terjal. Bagi yang tidak terbiasa dengan jalan yang berkelok-kelok akan merasa mual dan pusing.
Sungguh suatu kenikmatan tersendiri saat bus melaju dan kadang hati ini menciut saat bus melewati pinggir jurang sementara tebing-tebing pegunungan yang curam sepertinya siap menerkam mobil yang berlalu lalang di bawahnya. Kadang kita dibuat kagum betapa majunya pembangunan sektor transportasi di Taiwan. Pembuatan jalan betul-betul diperhatikan dan kadang bukit dibobol dan dibuatkan terowongan untuk memudahkan jalur transportasi darat. Selama perjalanan menuju Taroko, bus seringkali memasuki terowongan.
Perjalanan menuju Taroko betul-betul menyenangkan. Jalan berkelok-kelok dan mata memandang lepas ke Lautan Pasifik di seberang sana. Panorama yang sangat indah. Di Taiwan kendaraan melaju di sisi kanan. Meskipun jalan sangat pas untuk dua kendaraan berpapasan, namun umumnya kendaraan melaju dengan kecepatan tetap dan di jalan yang sempit di pinggir tebing. Saat berpapasan, bus-bus itu pun akan mengurangi laju kendaraannya. Butuh waktu sekitar 3 jam menuju Taman Nasional Taroko dari Shangrila Leisure Farm.
Memasuki kawasan Taman Nasional Taroko, pemandangan semakin mempesona. Bayangkan saja, bus melaju di tebing dan di sebelahnya jurang menganga lebar. Dinding yang menjulang tinggi di Taroko ini merupakan dinding marmer dan banyak bersarang burung walet. Sementara air sungai yang mengalir di bawahnya berwarna biru. Tak heran kalau Jessica mengatakan Taroko berasal dari kata "Truku" yang artinya indah dan menakjubkan. Ohhh, benar, betapa indahnya...
"Batu-batuan di Taroko ini tak boleh diambil dan dibawa pulang kalau tak ingin didenda 10-15 ribu dollar Taiwan," kata Jessica.
Bus pun melaju perlahan-lahan menyusuri tebing. Terlihat tiang-tiang beton menyangga tebing yang curam. Bisa jadi ini untuk berjaga-jaga bila terjadi longsoran batu menimpa pengunjung. Luar biasa memang Jenderal Chiang Kai-shek yang memerintahkan pembuatan jalan-jalan menyusuri tebing curam dengan mengerahkan 10.000 tenaga kerja dan membutuhkan waktu sampai tiga tahun lebih.
Wisatawan tak perlu mengeluarkan uang alias gratis untuk menikmati Taroko. Cara terbaik menikmati tebing dan jurang ini yakni turun dari bus dan berjalan kaki. Susurilah jalan di dipinggir jurang dan tengoklah ke bawah, wow... begitu jernihnya air sungai yang berwarna kebiruan mengalir di sela-sela bebatuan. Cara ini dilakukan kardetikcom : situs warta era digital ena bus dilarang parkir sembarangan. Ada tempat parkir khusus di Taroko dan itu pun tak boleh berlama-lama. Udara yang sejuk di Taroko semakin menambah semangat untuk mengenal lebih dekat lagi akan kehebatan pembangunan jalan dan jembatan di sini sehingga menjadi lokasi yang menarik bagi wisatawan mancanegara.
Sebenarnya kalau melihat Taroko, yang perlu diacungi jempol bukan saja obyek wisatanya, melainkan cara pemerintah Taiwan mengemas Taroko yang didominasi jurang dan gunung menjadi tempat wisata menarik sehingga wajib dikunjungi wisatawan. Pemerintah Indonesia layak iri melihat cara Taiwan begitu terencana mengelola tempat-tempat menarik untuk dikunjungi para pelancong. Sehingga turis bahkan warga Taiwan tertarik datang dan betah berlama-lama berjalan kaki, menatap tebing dan jurang dengan kagum serta duduk menikmati sebuah tempat yang fantastis di timur Pulau Taiwan ini. Siapa saja yang telah menginjakkan kakinya di Taroko, suatu saat pasti akan kembali lagi untuk mengagumi keindahannya.....
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar