TEGAL, KOMPAS.com--Ribuan nelayan Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa siang merayakan tradisi larung sedekah laut di pelabuhan setempat sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan atas keselamatan, berkah, serta hasil tangkapan ikan melimpah.
"Upacara tersebut sebagai ungkapan syukur para nelayan atas rezeki dari hasil laut yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka," kata Ketua Panitia Sedekah Laut, Hadi Santoso, di Tegal, Selasa.
Sedikitnya enam kepala kerbau lengkap dengan makanan khas masyarakat pesisir pantai utara sebagai sesaji dalam upacara sedekah laut, enam replika kapal, dan rumah adat diangkut beramai-ramai menggunakan kapal ke tengah laut untuk dilarung atau dihanyutkan.
Perayaan larung sesaji laut tersebut merupakan puncak dari tradisi perayaan sedekah laut yang diadakan rutin setahun sekali setiap bulan Muharam dan selalu dimeriahkan dengan berbagai kesenian lokal seperti tarian balo-balo, rolasan, serta toa pek kong, jaipong, dan pagelaran wayang golek.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang diberikan Tuhan, kata dia, tradisi sedekah laut juga sebagai ajang silahturahmi serta mempererat kerukunan antarnelayan, karena selama ini para nelayan jarang bertemu dan berkumpul bersama sebab keseharian mereka lebih banyak dilakukan di tengah laut mencari ikan.
"Perayaan larung sedekah laut tersebut berlangsung hingga dua hari ke depan untuk menghibur masyarakat umum terutama para nelayan di wilayah Kota Tegal yang berjumlah sekitar 12.000 orang," ujarnya.
Sehari sebelum upacara larung sedekah laut, kata dia, sekitar 500 nelayan Kota Tegal meriahkan pawai ancak untuk mengawali perayaan sedekah laut dengan mengarak ancak berisi kepala kerbau dan replika kapal di sepanjang perjalanan dari Pelabuhan menuju balai kota setempat.
Arak-arakan ratusan nelayan tersebut dimulai dari Pelabuhan Kota Tegal melalui sejumlah jalan protokol menuju Balai Kota Tegal di Jalan Ki Gede Sebayu untuk menyerahkan sesaji sedekah laut kepada wali kota.
"Pawai ancak tersebut merupakan rangkaian tradisi sedekah laut sebagai wujud rasa syukur masyarakat nelayan terhadap Tuhan atas rezeki yang diberikan melalui hasil laut," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Mahmut Efendi.
Menurut dia, tradisi tahunan tersebut biasanya hanya menggelar upacara larung ancak atau sedekah laut yang berisi kepala kerbau dan aneka jajanan khas Kota Tegal di pelabuhan setempat, namun untuk tahun ini selain melarung atau menghanyutkan sesaji ke tengah laut juga menggelar pawai ancak keliling kota.
Pawai yang melibatkan ratusan nelayan, masyarakat umum, serta sejumlah seniman tersebut berjalan kaki keliling kota dengan menggelar atraksi tarian balo-balo dan kesenian lokal lainnya dengan iringan musik angklung, calung, rebana, drum, dan gamelan sehingga suasana sepanjang rute perjalanan pawai tersebut meriah.
Ia mengatakan, pelaksanaan pawai ancak sebagai upaya untuk melestarikan budaya asli daerah, sehingga masyarakat Kota Tegal dan sekitarnya mengenal dan memahami beberapa kebudayaan khas Tegal seperti tarian balo-balo, rolasan, serta toa pek tong yang merupakan percampuran kesenian lokal dengan budaya Thionghoa. (Ant)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar