Pola Sistematis Rusak Kehidupan Beragama

Bookmark and Share
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/foto-kompas-bom-di-solo.jpg

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) melihat bom bunuh diri di Gerjak Kepunton Solo sebagai upaya sistematis untuk merusak kehidupan berbangsa. Peristiwa bom bunuh diri di Solo mengingatkan kepada rencana pemboman di Gereja Katolik Kristus Raja Solo pada Desember 2010 lalu dan pemboman masjid Polresta Cirebon pada April 2011.

"Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan mengenai tidak adanya jaminan keamanan beribadah bagi pemeluk agama dan kepercayaan sebagaimana dijamin dalam UUD 1945," kata Ketua Umum ISKA,Muliawan Margadana dalam rilis yang diterima Tribun, Minggu (25/9/2011).

Muliawan mengatakan rentetan peristiwa aksi kekerasan berbau Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) seperti kasus kecelakaan lalu lintas yang dalam waktu sekejap menjelma menjadi kasus agama di Ambon, disusul kasus kriminal yang kemudian beralih menjadi kasus SARA di Makasar dan kasus pembakaran pintu gereja di Poso.

"Oleh karenanya kami mendesak agar aparat keamanan mampu meningkatkan upaya
pendeteksian dini atas upaya perusakan tersebut, yang saat ini dinilai sangat lemah," imbuhnya.

Muliawan mengatakan meminta aparat keamanan dapat mengusut tuntas dan menangkap pihak yang terkait dengan aksi keji itu serta bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. ISKA, lanjut Muliawan, juga mengajak seluruh masyarakat untuk tetap membangun kewaspadaan akan adanya kemungkinan kejadian serupa di kemudian hari dan mengimbau agar tidak ikut memperkeruh suasana dengan membuat praduga-praduga yang justru hanya akan mengembangkan rasa saling curiga serta tidak percaya.

"Kami juga menyampaikan keprihatinan mendalam kepada para korban luka berat dan mendoakan agar mereka segera dipulihkan kesehatannya," pungkasnya.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar