Solo akan Berangkatkan 880 Calon Haji

Bookmark and Share
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/jamaah-haji-medan.jpg

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Pada musim haji tahun 2011, Eks Karisidenan Surakarta atau Solo mendapat jatah empat kloter yakni kloter 65, 66, 67, dan 68. Namun khusus kloter 66, keberangkatan menjadi lebih awal karena pindah ke kloter 32. Akibat pemindahan ini, kloter 66 yang awalnya berangkat tanggal 20 Oktober maju menjadi tanggal 11 Oktober.

Perubahan kloter ini disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Solo Ahmad Nasirin saat ditemui di kantornya, Senin (19/9/2011). Perubahan itu terjadi karena Solo (kloter 66) bertukar dengan Banjarnegera (kloter 32).

"Kloter 32 milik Banjarnegara pada tanggal 11 Oktober tak bisa berangkat karena ada suatu hal. Mereka lantas minta bertukar dengan kloter 66 dari Solo. Kami pun sepakat," katanya saat menceritakan awal mula terjadinya proses pertukaran.

Sehingga jemaah haji Solo yang totalnya 880 jemaah akan berangkat menggunakan kloter 32, 65, 67 dan 68. Untuk 65, 67 dan 68 tanggal keberangkatan tetap sesuai jadwal awal yakni tanggal 21 dan 22 Oktober. "Kebetulan hanya Solo yang saat itu ditawari oleh Kepalanya (Kantor Kemenag Banjarnegara) karena saya memang kenal dekat. Karena yakin ada calon jemaah (haji) dari Solo yang ingin berangkat lebih cepat, kami setuju," katanya lagi.

Pria yang akrab disapa Nasir ini menambahkan, pada musim haji tahun ini ada sebanyak 23 calon haji yang dibatalkan atau ditunda keberangkatannnya. Penundaan dan pembatalan itu karena terganjal berbagai hal mulai dari administratif, kesehatan, dan hal lain. Bagi calon jemaah haji yang dipindah ke kloter 32, ia meminta untuk segera menyesuaikan diri dengan keberangkatan yang lebih awal.

Senin (19/9/2011) pagi, sekitar 150 kepala regu (karu) dan kepala rombongan (karom) jemahaan calon haji Solo mendapat pengarahan dan bimbingan. Menurut Kasi Gara Haji dan Umroh Kemenag Kota Solo Sunarno, pelatihan dan pengarahan ditujukan untuk bekal para karom dan karu saat memimpin anggotanya selama berhaji. "Materi pelatihan tentang tupoksi, manasik, kesehatan, syafari wukuf dan studi kasus. Mereka diharapkan bisa memimpin rekannya agar disiplin saat istirahat dan beribadat," katanya.

Sunarno menambahkan, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya hal yang paling banyak muncul persoalan adalah saat para jemaah berkumpul di asrama. Ia mencotohkan, ada jemaah yang suka memakai pendingin udara, namun ada juga yang tidak. Ada jemaah yang tak terbiasa mengantri saat mandi atau makan hingga akhirnya berebut. Hal-hal seperti itulah terkadang menimbulkan sedikit gesekan antar jemaah. "Tugas para Karu dan Karom adalah mengoordinir anggotanya agar hal-hal itu tak terjadi," katanya.


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar