Masakan Jawa Gaya Rumahan di Cipete

Bookmark and Share
http://images.detik.com/content/2011/11/10/933/buendangctt.jpg
Jakarta - Gara-gara seorang tweep menanyakan alamat rumah makan yang menyediakan mangut iwak pe (ikan pari dimasak gulai pedas khas Pantura) di Jakarta, air liur saya pun terbit. Kebetulan pas saat makan siang. Maka, ke sanalah saya menuju.

Sejak pulang dari merantau ke Amerika Serikat, Endang Ekaningtyas sudah mengibarkan benderanya di Jalan Wijaya 1. Selama hampir empat tahun, warga Jakarta Selatan dimanjakan oleh Bu Endang yang dengan ramahnya selalu menemui dan bercengkerama dengan para tamunya. Masakannya yang bergaya rumahan pun terbukti berhasil "menyeret" berbagai VVIPs ke rumah makannya yang hangat.

Semasa hidupnya, Ibu Ainun Habibi sudah bersantap di sini bersama Presiden Habibi dan petinggi negara lainnya. Iwan Tirta pun semasa hidupnya juga diketahui sering mencari telur bumbon petis dan empal kelem masakan Bu Endang. Chef Sandra Djohan, lulusan Le Cordon Bleu yang punya restoran persis di seberang Bu Endang, pun sering memesan bestik lidah (Rp 32,500) dari Bu Endang.

Sekalipun telah terpapar pada budaya modern semasa hidup di Amerika Serikat, Bu Endang ternyata tidak pernah melupakan akarnya sebagai perempuan Jawa dengan tradisi kuliner yang sangat kaya. Justru dengan gaya rumahan (home-cooking style), Bu Endang yakin akan menjaring pangsa pasar yang unik.

"Kebangkitan" kuliner Nusantara yang makin dicintai masyarakat pun menjadi angin segar bagi awal usaha Bu Endang. Ia menampilkan berbagai masakan khas jawa yang sudah jarang dijumpai di rumah maupun di restoran. Terbukti bahwa masakan sederhana seperti urap, mangut iwak pe, ayam enggang kemiri, dan sebangsanya, justru dirindukan oleh orang-orang Jawa yang sudah lama merantau ke Jakarta.

Orang-orang yang rindu masakan Ibu di kampung ini pun akhirnya menemukan "Ibu" dalam diri Bu Endang yang selalu menebar senyum ramah sambil menyajikan berbagai masakan khas di rumah makannya yang cozy.

Untuk menyajikan mangut iwak pe (Rp 30 ribu) yang digandrungi banyak penggemarnya, Bu Endang harus "mengimpor" ikan pari asap dari Jepara, Jawa Tengah. "Di Citayam sini juga sudah ada yang bisa mengsap ikan pari, tetapi kualitas dan aromanya beda dengan yang saya datangkan dari Jepara," kata Bu Endang.

Santannya tipis dan encer, tetapi bumbunya intens, pedas. Lengkap dengan irisan pete dan tahu goreng. Top markotop!

Lontong capgomeh (Rp 32,500) masakan Bu Endang juga disukai para tamunya. Kalau mau yang lebih khas Semarangan, cobalah nasi opor sambel goreng abing (Rp 25 ribu) yang pasti akan menggoyang lidah. Masakan lain yang direkomendasikan di sini adalah tahu campur, tahu telor, nasi brongkos, dan nasi begana. Saya sendiri tidak pernah melewatkan urap bila singgah ke sini.

Berbagai cemilan yang bisa dinikmati sebagai pencuci mulut pun sangat khas mewakili berbagai ragam kuliner Jawa, seperti: sosis Solo, tempe bacem, tahu susur, tongtongbrong, rondo royal (tape goreng), dan lain-lain.

Jangan lupa, bila Anda memerlukan tumpeng – baik untuk acara di rumah maupun di kantor – Bu Endang juga menyediakan berbagai jenis dan ukuran tumpeng. Saya juga sempat mencicipi rujak serut dengan isian yang memenuhi syarat untuk upacara mitoni (tujuh bulanan) dalam adat Jawa, lengkap dengan biji delimanya yang manis. Bu Endang tampaknya teguh yakin menjadi salah satu bastion bagi tradisi kuliner Jawa yang unik dan khas.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar