Berburu Oleh-oleh di Tanah Suci

Bookmark and Share
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Oleh-oleh-haji.jpg

TRIBUNNEWS.COM, MEKKA - HASRAT berbelanja di Tanah Suci tampaknya tak bisa ditahan jAmaah haji. Tak terkecuali jamaah asal Aceh. Terutama kaum ibu. Toko-toko yang menjual berbagai barang keperluan, ditambah pasar kakilima dengan barang berkualitas sama dengan toko-toko besar di sepanjang jalan dan lorong dekat pemondokan di Kota Mekkah, sungguh menggoda hasrat pembeli.

Para suami biasanya hanya nurut saja kehendak istri. Kalau tak mau ikut ke pasar dan membantu memikul barang belanjaan dari pasar ke pemondokan, mungkin bisa-bisa celaka bagi suami. Yang paling klop adalah jika ada suami sama gemarnya dengan istri dalam berbelanja.

Ciriek kuneng (ceret warna kuning), ambal berbagai ukuran, rantang kuneng, termos kuneng, talam kuneng, kurma nabi (`ajwah), sajadah, lesung, berbagai jenis gelas air zamzam, perangkat peusunteng/peusijuek khas India, pakaian khas Arab, lusinan topi haji, boh meusabah (rotario), dan lain-lain terus berpindah dari pasar ke kamar-kamar jemaah. Satu, dua hari, dan seterusnya, barang demi barang dari pasar terus menumpuk ke kamar jemaah.

Sejak delapan hari berada di Madinah untuk melaksanakan shalat Arbain pun, sebagian jamaah telah membeli berbagai jenis barang dan kini sudah dibawa ke Mekkah. Sebelum saatnya kembali ke Tanah Air, berbagai barang (pasti) terus terbeli.

Tradisi berbelanja--diplesetkan juga sebagai "tawaf mal"--dilakukan jamaah setelah ke luar dari masjid seusai shalat lima waktu. Waktu di sela-sela shalat wajib itu, dimanfaatkan sebaik mungkin oleh jamaah.

Bayangkan, hari demi hari, betapa banyak barang untuk dibawa pulang ke Indonesia.

Dengan menggunakan alat ukur batin, saya mencatat kesedihan jamaah yang terbatas ekonominya. Mereka hanya mampu "kalon-kalon mantong" (lihat-lihat saja) belanjaan temannya sesama jamaah yang asyik menukarkan uang riyal dengan berbagai barang kesukaannya. Guratan wajah sedih dan tatapan kosong melihat berbagai barang teman-temannya, adalah pertanda jamaah tersebut memiliki hasrat yang sama dengan teman-teman yang berpunya. Bedanya, cuma ekonomi yang pedih telah mematahkan hasrat untuk dapat memiliki berbagai barang kesukaannya. Pedih nian nasib.

Lalu, dengan apa pula membawa barang-barang yang telah menumpuk tadi ke tanah Ibu Pertiwi? Peraturan penerbangan hanya membolehkan berat maksimal barang tiap jamaah cuma 32 kg saat pulang kampung.

Semua kendala angkutan itu tak ada persoalan. Ketentuan pembatasan jumlah barang oleh maskapai penerbangan pun dikesampingkan jamaah. Sebab, puluhan perusahaan kargo (angkutan) yang dapat mengirimkan barang door to door ke Indonesia, ada di Arab Saudi. Pengiriman bisa dengan udara atau laut. "Saya sudah dua kali mengirim barang ke Banda Aceh dengan kargo," ujar Burhanuddin, salah seorang jamaah Aceh.

Berbagai perusahaan kargo tersebut berlomba menempelkan merek perusahaannya di rata pemondokan jamaah. Saking banyaknya, kita terkadang sudah semakin sulit mencari berbagai pengumuman yang layak dan mesti dibaca setiap hari oleh jamaah, yang dikeluarkan oleh petugas perhajian Indonesia. Baik itu petunjuk kesehatan, kewaspadaan lingkungan, keterangan maktab, pengumuman harian internal kloter, dan lain-lain.

Perusahaan kargo itu memang aktif dan berlomba. Ya, cari rezeki, tentulah mesti berlomba. Tiap hari karyawan dan mobil berbagai perusahaan kargo itu sengaja parkir di depan pemondokan jamaah, aktif pula menawarkan jasanya.

Menurut mereka, barang kiriman dapat sampai ke alamat di Tanah Air selama 15 hari bila dikirim sebelum datang puncak haji. Dan, 45 hari selepas puncak haji, dengan alasan barang semakin banyak dan harus antre di bandar udara atau pelabuhan laut.

HM Buchori dari Mohsen Cargo mengatakan, kiriman via laut, ongkos per kilogramnya mencapai 7-8 riyal ke Banda Aceh dan tiba ke alamat 1,5 bulan. Melalui udara 14 riyal dan kiriman sampai 15 hari.

Perusahaan lain ada yang mematok harga 11-12 riyal dengan udara, tujuan Banda Aceh. Tapi semua perusahaan membuat aturan yang sama tentang berat minimal barang yang dikirim, yaitu 20 kg. Jenis barang larangan juga sama. "Semua barang bisa dikirim, kecuali barang-barang berbahaya dan membahayakan seperti senjata api, bahan peledak, dan lain-lain," kata Buchori.

Semua kiriman berlangsung dua kali per minggu. Via udara dua kali penerbangan, laut dua kali pemberangkatan.

Banyak JCH kita yang sudah mengargokan barang belanjaannya. Dan ciriek kuneng serta ambal merupakan jenis barang yang diimpikan dari Tanah Suci. Karena terkirim dari Tanah Suci, maka barang-barang itu pun (terkesan) sangat berharga.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar