Aroma Kambing Berpadan Bawang Putih

Bookmark and Share
http://images.detik.com/content/2011/11/15/933/mbbbeirutctt.jpg
Jakarta - Sudah lama restoran dan kafe ini populer diantara penggemar masakan kambing di Jakarta. Begitu luasnya kawasan Timur Tengah, dan begitu kayanya keragaman kuliner mereka, sehingga masing-masing kawasan geografis memiliki ciri dan karakter kuliner yang kuat. Gagrak Lebanon – yang punya pangsa pasar kuat di Paris, misalnya – adalah salah satu dari ragam kuliner padang pasir ini.

Secara umum, masakan dari kawasan ini memang punya kemiripan satu sama lain. Selalu saja ada nasi (atau couscous dan semolina) yang diberi bumbu. Ada sup dengan kaldu kambing yang sangat intens. Dan daging kambing panggang – baik hewan utuh, bagian tubuh hewan seperti paha, maupun daging yang dicincang dan dililit menjadi kebab alias sate.

Gagrak Lebanon ini – sepanjang pengetahuan saya – ditandai dengan disajikannya saus bawang putih untuk mencocol kambing panggang. Keduanya memiliki aroma masing-masing yang sangat kuat. Tetapi, ketika dipadukan satu sama lain, ternyata keduanya justru saling "melemahkan", sehingga menjadi paduan yang sangat padan. (Hahaha, tentu saja setelah makan Anda harus lebih sering menutup mulut agar sisa aroma bawang putih tidak menyergap teman yang Anda ajak bicara).

Lokasinya juga cukup strategis. Di lantai dua sebuah bangunan ruko lawas di kawasan yang lebih dikenal sebagai Jalan Sabang. Saya selalu suka mencari tempat duduk di dekat jendela, sehingga dapat melihat ke bawah – ke arah lalu lintas di Jalan Sabang. Suasananya mengingatkan saya pada resto-resto kecil serupa di Paris.

Favorit saya di sini adalah Mushakal Mashawi alias mixed kebab. Harganya Rp 60 ribu saja. Maaf, memang bukan "harga mahasiswa", sih. Tetapi, untuk sajian seperti ini, jelaslah value for money.

Individual platter ini terdiri atas kebab (daging panggang) ayam, kebab kambing, dan kofta (kambing cincang) – disertai sedikit tabouleh (salad dari daun peterseli dan tomat), serta french fries. Kentang gorengnya – bila Anda minta dengan bersahabat – selalu dapat ditukar dengan roti pita. Menurut saya, sajian ini memang lebih cocok disantap dengan roti khas Timur Tengah. Tetapi, demi penyebutan "restaurant & cafe" untuk rumah makan ini, maka mereka menampilkannya dengan kentang goreng.

Semua dagingnya dipanggang dengan tingkat kematangan yang sangat pas. Bumbu-bumbunya yang intens melekat di permukaannya, di dalamnya adalah daging yang sangat juicy. Mak nyuss!

Kalau Anda makan rame-rame, sebaiknya diawali dengan mezze (appetizers), baik yang dingin (humus bil tahini, moutabal, atau tabouleh) maupun panas (falafel, sambusek, sambosa, atau lahem bil ajen). Sup-nya juga lengkap. Favorit saya di sini adalah sorbat laham (sop kambing berkuah encer). Tetapi, di sini juga ada sorbat dajaj (sup ayam) dan sorbat adas (sup lentil) yang mirip masakan India.

Ahlan wa sahlan! Laziz! Jangan lupa, mereka juga siap pesan-antar maupun jasaboga untuk pesta di kantor atau rumah Anda. Resto ini juga menyajikan shisha bagi yang suka.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar