Firasat Khadirah Sebelum Si Adik Tewas

Bookmark and Share

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ungkapan ini terasa pas untuk menggambarkan nasib Hamzah Haji Latif. Pria 24 tahun yang tinggal di Kilu Permai Mapanget, Kota Manado ini harus meregang nyawa akibat ditusuk di kawasan Megamas, Sabtu (15/10) tengah malam.

Tesar Lumintang (17), tersangka pembunuh Hamzah langsung ditangkap Polsek Wenang. Sebenarnya kedua orang ini tak saling kenal. Motif pembunuhan pun sangat sepele, Tesar bersenggolan badan dengan korban. Namun saat itu Tesar dipengaruhi minuman keras jenis Cap Tikus. Peristiwa itu terjadi saat polisi tengah melakukan razia di Jalan Boulevard.

Kematian korban pun meninggalkan duka mendalam bagi Khadirah (38), sang kakak. Di ruang pemulasaran jenazah Rumah Sakit Umum Pusat Prof Kandou Manado, tangis Khadirah pecah.

Khadirah pun tak sanggup melihat langsung jenazah adik lelakinya itu. "Saya mau lihat, tidak mau lihat, tidak mau, tak kuat saya lihat," jerit Khadirah.

Khadirah datang bersama Ismail, suaminya dan dua kerabat lain. Wanita itu pun harus digotong dokter, saking syoknya. Ia terus berontak menolak masuk ke kamar jenazah.

Masih histeris, Khadirah akhirnya dibawa ke gedung lain. Di tengah tangisnya, Khadirah bertutur mengenai kenangan terakhir bersama adiknya. Ia tak punya firasat buruk, adik lelakinya bakal dijemput ajal.

"Pagi dia sarapan, lalu pamit mau kerja, saya di ruang tamu lagi bersih-bersih, lalu dia ucapkan Assalamulaikum, lalu pergi tidak bilang apa-apa," ungkapnya.

Sampai malam, Hamzah tak pulang rumah, setahu Khadirah, adiknya biasa singgah di rumah temannya di tempat pembuatan sofa, dekat SPBU Kairagi. "Kalau tidak pulang berarti di Kairagi. Kalau mau pergi dia mancing di Amurang atau Likupang, pasti bilang. Dia sejak kerja juga tidak suka miras," ujarnya.

Diceritakan Khadirah, malam hari, tiga jam sebelum mendapat kabar kematian Hamzah, ia sempat bersih-bersih lemari. Ia menemukan selembar kain batik yang biasa untuk menutup jenazah.

Pikir Khadirah, kain itu sebaiknya disimpan. Mungkin suatu waktu bisa digunakan "Sempat tadi atur-atur pakaian, dapat kain batik untuk mayat. Saya simpan kain itu, karena saya pikir suatu hari bisa dipakai untuk saya. Tahu-tahunya untuk adik saya," ujar Khadirah terisak.

Hamzah baru setahun lebih berada di Manado. Di kartu identitas Hamzah tinggal di Jalan Tinumbu, Kelurahan Layang, Kecamatan Bontala, Kota Makkasar, Sulawesi Selatan. Anak ke-7 dari 10 bersaudara ini lahir dan besar di Kota Makassar. Pemuda bujang ini kerja di satu perusahaan distributor barang konsumsi di Maumbi.

Menurut Ismail, ipar korban, usai menjalani proses otopsi, jenazah akan dibawa ke Kota Makassar. "Orangtuanya sudah menunggu di sana, mereka sudah dikabari tadi," ujarnya.

Dari pengamatan Tribun Manado, Hamzah mengalami dua tikaman di punggung kiri dan perut. Sempat ditangani Tim Medis RSUP prof Kandou, nyawa korban tak terselamatkan karena mengeluarkan banyak darah.

Di Polsek Wenang, tersangka pembunuhan, Tesar Lumintang, warga Mahakeret Barat Lingkungan VI, bersama rekannya Marcelino Randu (17), warga Wenang Utara, menjalani pemeriksaan. Keduanya tertangkap di Pondol Wenang Selatan, setengah jam usai kejadian. Kedua remaja itu tampak lesu.

Tesar mengaku telah menikam korban hanya karena saling bersentuhan saat berpapasan di pintu masuk Billiard Break Shoot. Ia saat itu sudah dalam pengaruh miras. "Ada baku senggol badan, kita nae darah (emosi), so minum (miras) le," ucap lulusan salah satu SMK di Kota Manado ini. .

Tesar mengaku tak kenal korban. Sebelum berpapasan, di tempat billiard, Tesar sudah menenggak miras jenis Cap Tikus. Setelah beberapa kali keluar masuk gedung, Tesar bersenggolan, di pintu masuk.

Keduanya pun cekcok. Rekan korban sempat melerai. Tesar kemudian memanggil Marcelino, rekannya mengejar korban. Di perempatan dekat tempat karaoke Inul Vista, Tesar menikam punggung korban. Tusukan kedua kemudian menyasar perut, "Habis menikam, kita langsung lari pa teman pe rumah di Pondol," ungkapnya.

Tesar mengaku, sudah membawa pisau badik dari rumahnya. Pisau itu diselipkan di pinggang untuk sekadar jaga-jaga. Dari rumah Tesar menjemput rekannya Marcelino, kemudian menuju Billiard Break Shoot.

Mewakili Kapolsek Wenang AKP Nanang Nugroho, Ipda Arjuna Wijaya, Kanit Reskrim Wenang menyatakan, polisi langsung menangkap tersangka kasus itu. Dan kini tengah memprosesnya.(ryo)

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar