Kami Lelah Diusir Seperti Anjing

Bookmark and Share

TRIBUNNEWS.COM, BARABAI - Tiap hari bersitegang dengan petugas penertiban pasar, membuat pedagang kaki lima yang tergabung dalam persatuan pedagang buah eceran di Pasar Baru Barabai, Hulu Sungai Tengah lelah. Mereka pun mengadu ke DPRD setempat, Kamis (30/6/2011).

Pedagang buah yang berjumlah 25 orang itu meminta dewan segera menyampaikan aspirasi mereka, yaitu membolehkan berdagang di luar pagar Pasar Agrobisnis dan membangunkan tempat sederhana khusus untuk pedagang buah, seperti milik pedagang kue apam yang berjualan di pinggir jalan.

Zainuddin, juru bicara pedagang menyatakan, pedagang buah sebenarnya ingin menaati aturan pemerintah berjualan di dalam kawasan pasar. Namun, berjualan di dalam pagar menurutnya tak ada pembeli.

"Teman-teman pedagang semua sudah mencoba berjualan di dalam, tapi pembelinya tidak ada. Jadi mereka terpaksa berjualan di bahu jalan, meski setiap hari bersitegang dengan aparat Dishub," kata Zainruddin.

Nurdiah, pedagang lainnya menambahkan, sebenarnya permintaan pedagang buah agar dibuatkan tempat berjualan yang layak sudah disampaikan sejak belum ada pasar Baru.

Namun jika berjualan di Pasar Agrobisnis yang lokasinya berada di lingkungan Terminal Keramat dengan kondisi berpagar, jarang didatangi pengunjung.

"Saya sendiri sudah berjualan buah di pasar III sejak 1988. Tapi sejak petugas penertiban tiap hari melakukan razia, saya dan teman-teman pedagang tidak pernah tenang berusaha. Kami diusir-usir seperti anjing. Makanya kami minta pemerintah membantu, bagaimana kami tidak melanggar aturan sehingga kami bisa mencari rezeki dengan tenang," kata Nurdiah.

Menurut Nurdiah, dari hasil berjualan buah, dia bisa meraih penghasilan sampai Rp 60.000 per hari. Pendapatan itu digunakan untuk menghidupi empat anaknya yang masih SD. Sementara suaminya, yang juga pedagang buah, sudah meninggal dunia. "Jika terus diuber- uber begini, kami tidak tenang mencari rezeki. Bagaimana saya menghidupi anak," keluh dia.

Meski sering diuber petugas penertiban, para pedagang mengaku selama ini dipungut Rp 2.000 per hari. Pemungutannya dikoordinir salah satu pedagang. Padahal lapak yang digunakan untuk berjualan dibuat secara swadaya.

Jangan Korbankan Rakyat

Aspirasi para pedagang buah Pasar Baru Barabai, kemarin diterima 11 anggota DPRD, diantaranya dari Komisi II. Wakil Ketua DPRD, Naseruni yang memimpin pertemuan menyatakan dewan sangat peduli dengan pedagang dan berusaha memperjuangkan aspirasinya.

Dalam pertemuan, Ketua Komisi II, Ilham Malik, mengaku tak terlalu bangga dengan piala Adipura jika ada masyarakat yang dikorbankan. "Apa artinya Adipura jika pedagang menderita," timpal Tajuddin, anggota dewan lainnya.

Menurut Ilham, dewan sebenarnya sudah pernah mengusulkan agar pagar di Pasar Agrobisnis itu dimundurkan beberapa meter dari badan jalan untuk memberi tempat kepada pedagang. Tapi Pemkab menyatakan belum punya anggaran. "Kita harapkan ke depan bisa dianggarkan," katanya.

Pertemuan kemarin sempat diwarnai ketegangan saat Tajuddin, anggota dewan dari PPP bersikeras agar Dinas Perhubungan, Dinas Perdagangan dan Pasar serta Satpol PP langsung dihadirkan. Maksudnya agar mulai Senin depan mereka tak lagi menggusur pedagang.

Namun, Sekwan, Syahmi menyatakan memanggil kepala dinas ada prosedurnya, karena harus sepengetahuan bupati. Akhirnya pertemuan lanjutan disepakati, Jumat (1/7/2011).


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar