
Potensi bahan alami sebagai agens hayati tersedia cukup banyak, disamping juga pengembangannya tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi. Agens hayati tersebut meliputi cendawan, bakteri, nematoda, virus, protozoa, predator, parasit dan parasitoid. Selain itu beberapa spesies tanaman juga mengandung senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama dan penyakit yang dikenal sebagai pestisida nabati. Patogen hama dan pestisida nabati biasanya disebut sebagai biopestisida.
Beberapa bioinsektisida telah diproduksi secara massal, namun produksi massal oleh industri besar sangat terbatas. Bacillus thuringiensis merupakan contoh spektakuler keberhasilan industri biopestisida. Contoh yang biasa dikenal petani Indonesia adalah Dipel, Thuricide, Bactospeine. Bioinsektisida dari kelompok patogen lain yang diproduksi, tetapi dalam skala yang lebih kecil bukan perusahaan besar (Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, Verticilium lecanii, Steinernema spp., NPV dll).
Biopestisida mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pestisida kimia sintetik dalam konteks pengendalian hama terpadu dalam sistem pertanian berkelanjutan. Keunggulan utamanya mengurangi pencemaran lingkungan dan keamanan terhadap pengguna dan organisme berguna lainnya.
Pengendalian hayati dapat berhasil dilapangan apablila petani mau dan mampu memahami dengan baik kondisi agroekositemnya melalui pengamatan secara rutin proses yang terjadi. Pelaksanaan secara berkelompok akan lebih efisien dan efektif dibandingkan oleh petani perseorangan.
Nah, selanjutnya secara bertahap akan diulas cara perbanyakan agens hayati dan cara aplikasi dilapangan. Pemakaian agens hayati akan berhasil apabila kelompok tani diajak turut serta membuat dan mensosialisasikan secara estafet kepada kelompok lainnya tentu dengan pendampingan petugas POPT dan PPL.
.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar