Balada Anak-Anak Afrika di Pemondokan Haji Indonesia

Bookmark and Share
http://images.detik.com/content/2011/11/12/10/kids.jpg
Jakarta - Ada cukup banyak anak-anak berkulit hitam yang beredar di areal pemondokan jamaah haji asal Indonesia di Arafah dan Mina. Di sana mereka bekerja sambil bermain, bermain sambil bekerja.

Selepas Isya di suatu hari di Mina, detikcom mencoba memperhatikan sekumpulan bocah tanggung itu. Mereka sama sekali tidak mempedulikan suasana di sekitarnya yang selalu hiruk-pikuk, ramai oleh lalu-lalang jamaah di kawasan pemondokan.

Jika berkumpul dengan teman-temannya, perilaku mereka sama saja seperti anak-anak kebanyakan. Bermain, bersenda gurau, berteriak-teriak, berkejar-kejaran, sampai berkelahi bohong-bohongan. Wajah anak-anak yang bermain adalah wajah-wajah yang bahagia.

Lalu sebuah truk besar berhenti di depan jalan, anak-anak itu langsung menyerbu. Mereka kemudian dengan gegap gempita mengangkut peti-peti berisi buah-buahan dari truk, dan dibawa ke dapur umum di maktab-maktab jamaah.

"Kamu bisa berbahasa Inggris," saya mencoba mendekati salah satu dari anak-anak hitam itu.
"Bisa, sedikit."
"Nama kamu siapa?"
"Moussa.”

Ia lalu menunjukkan tanda pengenal yang disimpan di dalam tas pinggang kecilnya. Di situ tertera foto dan nama dia dalam tulisan Arab. Artinya, keberadaan Moussa (dan teman-temannya) di areal pemondokan ini adalah legal.

"Kamu tinggal di sini?" saya bertanya lagi.
"Saya tinggal di sini dari lahir. Tapi orang tua saja dari Nigeria."
"Nigeria?'
"Ya, Nigeria. Nwankwo Kanu."

Nama yang dia sebutkan itu adalah pesepakbola top asal negara tersebut. Ia seperti menunjukkan bahwa Nigeria pasti dikenal berkat pemain-pemain sepakbolanya yang hebat, yang bermain di liga-liga Eropa. Kami pun sempat berbincang-bincang sedikit soal sepakbola, tentang kenapa Indonesia tak pernah ikut Piala Dunia, tidak seperti Nigeria.

Remaja berusia 15 tahun itu mengaku tinggal di Arab bersama keluarga pamannya. Bapak ibunya masih tinggal di Nigeria, sehingga mereka sangat jarang bertemu.

Selain mengangkuti suplai makanan di lokasi pemondokan, Moussa dan temannya juga bertugas bersih-bersih. Setiap beberapa jam sekali, terutama setelah jam makan, mereka akan berkeliling tenda-tenda untuk memunguti sampah yang ditinggalkan jamaah.

Terkadang mereka meminta sumbangan seikhlasnya untuk pekerjaannya mengangkut sampah. Setiap ada jamaah yang memberinya uang, ia akan berdoa, "Mabrur ya, Hajj, mabrur..." Artinya kurang lebih, semoga hajinya mabrur. Adegan ini mengundang senyum para jamaah.

Selama musim haji, sangat banyak imigran dari Afrika yang mendatangi bumi Arab Saudi, baik yang sudah permanen maupun pendatang musiman. Mereka mengais-ngais peluang untuk mendapatkan uang dengan bekerja apa saja, seperti berjualan kaki lima sampai mengemis.

Selama bekerja di pemondokan jamaah haji asal Indonesia, baik di Arafah maupun Mina, Moussa mendapatkan bayaran 500 riyal atau Rp 1 juta lebih sedikit.

"Kamu senang dengan uang sebesar itu?"
"Iya, saya senang."

Sayangnya, saya tidak bisa mengambil gambar mereka dengan kamera, karena mereka tampak sangat keberatan untuk difoto. Setelah obrolan selesai, Moussa bergabung lagi dengan teman-temannya untuk bermain dan menunggu kapan truk suplai makanan datang lagi.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar