Kena Razia, Sopir Angkot Sakit Hati

Bookmark and Share
http://assets.kompas.com/data/photo/2011/09/18/1540306620X310.jpg
AKARTA, KOMPAS.com - Wajah Supriadi (21) berubah pucat saat petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencopot kertas film yang menempel di kaca angkutan umumnya. Dia pun hanya bisa pasrah melihat kejadian tersebut.

"Ya mau gimana lagi. Puyeng juga ini saya. Masang beginian (kertas film) nggak murah. Sakit hati juga dirazia gini," ujar Supriadi sambil membereskan sobekan kertas film yang dicopot petugas Dishub DKI saat razia angkutan umum di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Senin (19/9/2011).

Dia menuturkan, sudah setahun lebih angkutan umum yang dikendarainya menggunakan kertas film. Biaya yang dihabiskan untuk memasang kertas film pada angkutan umumnya tersebut sebesar Rp 200.000.

"Pake kertas film ini supaya nggak panas. Kalau nggak pake ini kan silau banget jadinya kalau siang," keluhnya.

Saat malam hari, kata Supriadi, kondisi dalam angkutan umumnya masih terlihat meski memakai kertas film pada kacanya. Dia pun mengaku sudah mendengar kabar maraknya kasus pemerkosaan di angkutan umum tersebut.

"Iya saya denger itu beritanya. Tapi ya di sini nggak ada kok yang kayak gitu. Kalau sopir tembak ya memang ada sih," ujarnya.

Menurut Supriadi, keberadaan sopir tembak itu diperlukan karena terkadang saat sudah lelah mengemudikan angkutan umum, dia dapat bertukar dengan sopir tembak dan melakukan bagi hasil. Dia sendiri merupakan sopir tetap dari angkot tersebut.

"Saya sih sopir tetap. Ini angkot punya abang saya dan saya yang narik. Setorannya juga mesti ke dia," ujarnya.

Tidak ada batasan setoran tiap harinya. Dalam sehari kisaran pendapatannya sebesar Rp 40.000-Rp 60.000. "Itu sudah bersih dapetnya segitu," terangnya.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar